Wajah cantik yang kumiliki seperti kutukan buatku, kisah hidupku begitu memilukan, semua laki-laki yang kuhormati begitu terobsesi menikmati tubuhku. Bahkan setelah dewasa, laki-laki yang menjadi pacarku selalu tergiur mengajakku berbuat dosa…. Dan saat kutemukan pria yang sangat baik, dia malah meninggalkanku setelah kuceritakan semuanya.
Kenalkan namaku Nadia (Nama Samaran) kelahiran tahun 1993, dan aku telah berencana untuk mengakhiri masa lajangku. Sebelum aku menikah dan memulai hidup baru dengan Dava (Nama Samaran) aku ingin menutup lembaran hitam yang pernah aku alami dengan menceritakan kisah cintaku yang kelam.
Aku sadar dengan cerita curhatan aku ini adalah aib dan akan banyak orang yang memandang rendah diriku. Tapi, ini adalah aku, aku mengaku bersalah dan berdosa. Namun bukan berarti aku tidak ingin berubah. Terimakasih kepada redaksi ceritacurhat.com yang telah memuat ceritaku ini.
Menikah muda adalah caraku untuk menutup masa laluku. Berdampingan dengan Dava memulai kehidupan cinta yang normal dan semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Sudah begitu lama aku memaki diri sendiri, menghina diri sendiri, dan menjerumuskan diri sendiri, dan inilah kisahku.
Ketika aku masih duduk dibangku TK , Ibu-Ayahku sudah sering bertengkar dan akhirnya berpisah. Aku ingat sekali ketika nenek (dari pihak ayah) menyembunyikan aku didalam lemari guna menghindari Ibu kandungku mengajakku tinggal bersama. Singkatnya ayah dan ibu saya memperebutkan hak asuh anak. Namun pihak ayahlah yang menang, sehingga aku tinggal bersama keluarga dari pihak ayah sedangkan ibu entah tinggal dimana (aku sudah lupa karena kenangan saat itu ketika aku masih TK).
Kehidupan pun berjalan aku hidup layaknya anak TK lain yang setiap pagi atau siang aku berangkat sekolah dan selalu diantarkan (aku lupa siapa yang sering mengantarkanku, mungkin bibi atau paman). Jelang sore aku suka bermain kelereng, lebih tepatnya melihat teman-teman lain bermain kelereng. Aku hanya melihat karena tidak jago main kelereng.
Ketika asyik bermain dengan mereka, aku dipanggil oleh kakek (tapi sekarang sudah almarhum) lewat jendela kamarnya. Disuruhlah aku memasuki kamarnya. Dan apa yang terjadi?, aku pikir tangan-tangan mungilku diminta untuk memijat kakinya (karena aku melihat dia sudah mengangkat sarungnya hingga ke lutut) ternyata aku salah. Dia memintaku untuk mengulum kemaluannya.
Jujur, ketika itu yang ada dikepalaku adalah perasaan jijik. Karena bagiku itu kan buat pipis. Percaya tidak, saat aku mengetik curhatan ini tanganku gemetaran, kenangan itu sangat memualkan dan memusingkan. Kala itu aku hanya bisa merasakan rasa jijik dan bingung. Bingung mau diapakan kemaluan kakek saya itu. Dengan intruksinya dia menyuruhku memaksukkan kemaluannya ke mulut kecilku.
Entah mengapa kenangan buruk itu masih sangat membekas dikepalaku. Aku masih sangat ingat sekali ketika aku jijik karena mengulum “itu” terpaksa aku berkali-kali membuang ludah di dekat jendela. Setiap aku membuang ludah dan kembali lagi ke kasur untuk mengulum lagi aku bersedih melihat teman-teman yang lain masih asik bermain kelereng sedangkan aku harus dikamar membersihkan kemaluan kakek dengan mulutku.
Aku tidak ingat kejadian terjadi berapa kali semasa kecil. Bahkan terkadang aku berpikir jangan-jangan itu hanya mimpi buruk yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Tapi, jika itu mimpi buruk aku rasa tidak mungkin karena aku sangat jelas mengingat setiap detil kejadiannya.Serasa kejadian itu baru terjadi kemarin. Dan kenangan itu cukup membekas hingga aku mampu menceritakannya pada kalian.
Waktu berjalan, terus berjalan. Keadaan Ayah-Ibu yang berpisah membuat aku dan saudara-saudaraku sering pindah tempat tinggal kadang ikut ayah, kadang ikut ibu, kadang ikut kakek-nenek dari pihak ayah kadang juga sebaliknya. Apa yang terjadi semasa kecil ku itu membuat aku menjadi anak yang sedikit pendiam namun beranjak SD aku mulai berani bergaul dengan teman-teman.
Hingga Akhirnya tiba suatu hari ketika aku berusia 13 tahun tepatnya kelas 1 SMP aku ditembak oleh seorang cowok berusia 22 tahun untuk dijadikan pacar. Konyol bukan?. Cowok itu adalah teman Pamanku. Setiap hari aku sering melihatnya bermain ke rumah kami. Karena aku satu rumah dengan paman, bibi, dan juga nenekku (ayahku bekerja di luar kota, setahun sekali pulang kalau ibuku sudah tidak pernah bertemu denganku bertahun-tahun, kakak dan adikku ikut ibuku).
Ketika aku berusia 13 tahun, aku lumayan manis, tinggi 163 cm, rambut hitam lurus alami, kulit sawo matang namun cerah karena aku jarang sekali keluar rumah kecuali untuk sekolah atau ke pasar pagi-pagi. Aku sudah menolak dengan sangat tegas teman pamanku itu namun dia memaksa, sebut saja namanya Indra (Nama Samaran).
Aku jelas menolaknya karena aku belum ingin berpacaran dan tidak tau sama sekali tentang pacaran. Apalagi usianya yang terbilang cukup jauh denganku. Namun orang yang melihatku pasti tidak akan mengira kalau aku kelas 1 SMP, paling sering mereka atau teman-teman Indra mengira aku anak SMA mungkin karena tinggi badanku.
Kembali ke Indra yang memintaku menjadi pacar ternyata tidak main-main. Dia menelpon ke rumah setiap hari beberapa kali jelas aku jadi ketakutan. Keluargaku sangat ketat dalam mendidik anak perempuan. Makanya aku tidak enak hati kalau ada laki-laki menelpon setiap hari. Aku disalahkan karena memberi nomer telpon. Padahal? Indra sudah tau nomor telfon rumah dari pamanku.
Indra bilang dia tidak akan berhenti menghubungiku selama aku tidak menerimanya menjadi pacar. Aku semakin takut. Akhirnya aku memutuskan untuk menerimanya menjadi pacar dengan niatan 1 bulan saja terus aku putusin. Itu niatku. Namun keputusanku ini menjadi bencana bagiku. Yaa. Kurang dari 1 bulan kami berpacaran aku menceritakan traumaku ketika TK kepada Indra.
Dia bilang dia sedih mendengarnya dan marah kenapa kakekku melakukan hal itu. Jujur saat itu entah mengapa aku merasa diriku ada yang memperhatikan, rasanya tenang dan damai ketika ada orang lain yang peduli dengan kehidupanku. Kurang dari satu bulan kami berpacaran dia sudah menciumku. Dan menyentuh tubuhku. Saat itu aku merasa kaget, mual, namun aku tidak bisa menolak karena aku merasakan rasa kaget bercampur penasaran.
Jadi ini rasanya ciuman. Begitu pikirku. Lambat laun dan dilain hari dia mengajakku ke rumah bibinya. Kemudian dia mengajakku ke dapur untuk membuat minuman. Aku sama sekali tidak curiga, lagi pula mau curiga apa?. Dia menyuruhku untuk duduk dikursi kayu di dapur dan menyuruhkan mengangkangkan kakiku dan bla bla bla. Aku benar-benar tidak tau apa yang dia lakukan. Aku hanya menurut saja.
Aku yang sekolah di madrasah pun tidak tau kalau yang berusaha indra lakukan adalah menyetubuhiku. Demi Tuhan, saat itu aku benar-benar tidak tau, yang aku tau adalah aku harus nurut. Bla bla bla dia tidak berhasil melakukannya mungkin karena aku masih “Utuh”. Hari-hari pun berlanjut dan suatu ketika dia berhasil melakukan hal “Itu” kepadaku. Yang aku rasakan hanya sakit.
Sampai hal itu terjadi aku juga masih belum tau bahwa “Itu” dinamakan hubungan suami istri. Beberapa kali aku melakukan itu aku hanya diam, karena tidak tau harus berbuat apa. Semakin lama, semakin aku mengetahui bahwa ini adalah hubungan suami istri. Namun ketika aku menyadari bahwa yang kuperbuat adalah salah aku malah pasrah. Aku merasa sudah kepalang Basah, toh sudah ternoda mau bagaimana lagi.
Saat itu aku menjalani kehidupan nista hingga setahun lebih lamanya. Dan tiba suatu ketika aku putus dengannya karena ketauan oleh keluargaku. Berpisahlah aku dengannya. Dan hidupku sekali lagi hancur dan aku merasa menjadi wanita hina sehina-hina nya. Selidik punya selidik ternyata Indra menggunakan ilmu hitam untuk menarikku. Aku mengetahui ini setelah beberapa tahun berpisah dengannya.
Dan yang membertihukan hal ini kepadaku 80% bisa dipercaya. Karena dia mengatakannya kepadaku tanpa aku minta. Mungkin dia tau setelah berpisah dari Indra aku mengutuk diriku sendiri, mungkin dia mengatakan kebenaran itu dengan harapan agar aku bisa bangkit dari masa lalu dan tidak lagi menyalahkan diri-sendiri terus menerus. Namun apapun itu aku tetap tau bahwa aku juga berdosa besar. Tidak peduli Indra memakai Ilmu Hitam atau pink tetap saja aku yang sudah tau itu dosa malah tidak berhenti.
Ok. Dua aib sudah aku ungkapkan. Kemudian aibku berikutnya adalah Ayahku. Setelah keluargaku tau bahwa aku telah berpacaran dengan teman pamanku. Mereka memutuskan untuk membawaku kepada Ayahku agar aku bisa dididik langsung oleh orang tuaku. Life must go on, aku pun hidup dengan ayah dan juga ibu tiriku dan adik tiriku. Beberapa lama menjelang ayah-ibu tiri ku bertengkar dan berpisah. Jadilah aku tinggal sendiri dengan Ayahku.
Datanglah bencana itu. Ketika ayahku pulang malam-malam dia langsung mengetuk pintu kamarku dengan sangat keras, aku takut sekali, karena itu aku tidak membukanya namun semakin lama semakin keras, karena takut pintu kamar didobrak dan malu pada tetangga karena suara berisik akhirnya aku membuka pintu kamar dan mendapati ayahku berbau alkohol. Aku bertanya ada apa yah? dia menjawab ayah mau tidur di kamar ini.
Deg. Aku takut sekali, maka aku tutup pintunya mendadak namun tangan ayahku menahannya dan alhasil dia berhasil masuk kekamar kecilku. Aku dengan takut tidur dikasur karena ayah sudah mengunci kamarku. Aku benar-benar kalut saat itu. Tidak tau harus berbuat apa. Ayah bilang dulu waktu kecil aku sering di nina bobo in ma ayah. Aku jadi mengurangi kekawatiranku, aku rasa mungkin aku berpikiran terlalu jauh.
Kemudian aku tidur disamping ayahku. Ketika aku setengah sadar antara tidur dan bangun aku merasa pelukan ayah sangatlah tidak wajar karena itu aku menjaga kesadaranku agar tidak benar-benar tertidur. Ternyata benar dia berusaha menggesekkan “Itu” nya ke badanku. Aku memborantak, itu pasti. Karena saat itu aku sudah tau apa yang akan terjadi kalau sampai diam.
Aku berusaha menciptakan suara-suara berisik entah dari memukul dinding kamar, menggerakkan kaki agar menjatuhkan barang, berharap karyawan yang memang tidur di kamar belakang agar segera bangun dan menolongku. Aku sudah masa bodo kalau sampai harus menahan malu karena ulah ayahku ini. Namun semua berhasil aku atasi, dan ayahku berhasil aku usir dari kamar. Aku selamat. Beberapa kali kejadian itu berulang namun aku sudah bisa mengatasinya dengan tidak akan menerima ajakan ayah tidur di kamarnya atau sebaliknya dikamarku.
Kemudian lembaran hitamku belum berhenti disini. Saat itu aku sudah kelas 1 SMA dan aku kembali berpacaran dengan seorang pria yang selisih umur 3 tahun denganku, panggil saja dia Riko (Nama Samaran). kurang dari satu bulan kami berpacaran, kami telah melakukan hubungan “itu” dengan penuh nafsu, sebelumnya aku sudah membuat perjanjian dengannya jangan sampai ketahap “itu” jikalau dia melanggar maka kita putus.
Perjanjian itu lancar-lancar saja sekitar tiga mingguan namun minggu ke-4 sudah mulai goyah. Setiap kami ketemuan, biasanya cukup ciuman saja. Namun disela-sela ciuman dia selalu meminta “itu” dan aku selalu menolak dengan tegas. Hingga suatu siang hal “itu” terjadi juga. Dan itu aku lakukan dibawah kesadaranku bukan tidak tau apa-apa lagi seperti dulu.
Awalnya aku bilang ke Riko hanya kali ini saja aku mengijinkan tapi jangan pernah minta lagi. Selain itu aku juga bodohnya sudah sampai ubun-ubun. Namun apa yang terjadi kami malah melakukan “itu” berkali-kali. Hingga suatu ketika Riko selingkuh, aku marah sekali padanya. Aku benar-benar kecewa dan hancur, rasanya semua cowo sama saja. Dan inilah kesalahan terbesar sepanjang hidupku yang pernah aku jalani. Cerita cinta ku yang berbalut nafsu dengan Riko sepertinya akan bubar.
Aku kesal pada Riko karena itu aku berniat melakukan hal yang sama. Aku selingkuh dengan laki-laki lain. Bahkan aku sampai tidur dengan laki-laki ini. Aku rasa aku sudah berada dilimbah dosa sekarang, benar-benar jatuh dan takkan bisa bersih lagi. Namun aku sadar perbuatan aku ini salah. Aku menyakiti Riko padahal riko meski selingkuh dia tidak sampai tidur dengan selingkuhannya, sedangkan aku apa?.
Kasihan juga selingkuhanku, meski dia tau aku tidak benar-benar mencintai dia seperti aku mencintai Riko namun dia tetap memberikan 100% perhatiannya kepadaku. Aku sudah benar-benar tidak tahan dengan perasaan bersalahku. Pada saat bersamaan datanglah seorang pria yang baik ke kehidupanku, dia bilang dia suka sejak pertama kali bertemu. Dia bilang aku benar-benar wanita impiannya.
Ketika aku bertanya kenapa, dia jawab “aku suka kamu yang sederhana, melihatmu setiap hari berbelanja dipasar, membuatku semakin menyukaimu yang apa adanya”. Sebagai wanita tentu aku senang jika ada yang menyukaiku dari sisi sebenarnya bukan sebatas nafsu terhadap tubuhku yang tinggi dan langsing. Orang yang menyukaiku itu bernama Yudi (Nama Samaran), awalnya aku sadar dia adalah orang yang sangat baik hati, sopan santun, dan jika aku berpacaran dengan dia aku yakin dia tidak akan berani meminta “itu”.
Aku berpikir, apakah mungkin Yudi dikirim oleh Tuhan agar aku memiliki kekuatan untuk meninggalkan selingkuhanku dan juga Riko pacarku. Secara selingkuhanku dan Riko sama-sama menyesatkan. Apalagi aku baru tau kalau selingkuhanku ini rada saiko. Saiko itu apa yaa?. Dia itu aneh, nekat, suka mabok, suka boonk, tapi super duper perhatian ma aku.
Aku merasa itu situasi dimana aku tidak akan tertolong. Aku terlalu kotor untuk mendapatkan Yudi, namun aku tak bisa lepas dari selingkuhanku karena dia selalu mengejarku bahkan mengancam dan menggangu ketentraman teman-temanku, disisi lain orang yang paling aku cintai adalah Riko pacarku. Lama aku berpikir apa yang harus aku lakukan. Aku tertekan dengan keadaan sekolah yang penuh dengan tanggungan biaya hingga aku malu, aku juga ketakutan dengan sikap ayahku yang tiba-tiba menjadi orang lain jika malam tiba.
Aku berpikir kalau putus dengan Riko, bagaimana aku melanjutkan hidup? Riko adalah sandaranku, aku selalu cerita sama Riko. Ketakutanku terhadap ayah, malu karena gak bisa bayar uang sekolah, sedih karena rindu adik-kakak-dan ibuku yang jauh sekali.
Aku juga takut jikalau nekat memutuskan Riko dan berpacaran dengan Yudi, aku takut kalau-kalau aku akan kena karma. Aku sangat percaya hukum alam itu ada. Jika sampai aku mutusin selingkuhanku dan Riko dan berpacaran dengan Yudi yang jelas-jelas akan menjaga kehormatanku maka aku akan terkena balasan. Sungguh aku pikirkan masak-masak. Kalau aku memilih untuk sendiri aku juga tidak yakin aku sanggup menjalani hari-hari itu.
Aku cukup pendiam dikalangan keluarga besar, aku tidak berani mengobrol dengan mereka. Aku juga hanya berani bercanda ria dengan sahabat dan teman-teman. Aku tidak pernah berani menceritakan 100% kisah hidupku pada sahabatku. Aku sadar betul aku bisa jadi orang sakit kalau terus-terusan tampak menjadi orang normal dan tidak mengungkapkan semua yang menjejal kepalaku.
Oh iya, hampir lupa. Ketika aku merasa tidak sanggup lagi hidup dengan ayahku maka aku memutuskan hidup bersama keluarga paman-bibiku, kebetulan aku sangat akrab dengan bibiku ini. Namun ternyata sama saja dengan ayahku, pamanku ini juga sering mengambil kesempatan untuk menyentuhku ketika malam hari saat bibi sudah tidur atau ketika bibi tidak dirumah. Bahkan ketika aku jatuh sakit hingga 1 bulan lebih dikamar dalam keaadaan lemas dia masih mencuri kesempatan untuk menyentuhku dengan tidak sopan. Seharusnya aku dirawat dirumah sakit, namun karena biaya aku terpaksa harus dirawat dirumah. Saat aku sakit tubuhku bagai mayat yang benar-benar lemas, sedikit saja bergerak atau berjalan aku jatuh pingsan.
Kembali lagi ke cerita cintaku, aku sangat bingung dan merasa bersalah kepada mereka semua. Hingga akhirnya aku memutuskan untuk jujur kepada Riko apa saja yang telah aku perbuat dengan selingkuhanku. Namun ajaibnya dia masih menerimaku dengan syarat jangan berhubungan lagi dengan selingkuhanku itu.
Tentu aku meng-iyakannya. Tapi aku masih saja merasa berdosa. Karena aku benar-benar ingin berhenti melakukan hubungan suami-istri ini, bahkan aku sering menawarkan riko untuk menikahiku secara sirih tapi dia masih belum setuju.
Hingga akhirnya, aku mengatakan kepada Riko bahwa aku akan dijodohkan dengan Yudi oleh keluargaku (Kebetulan keluarga besar sangat menyukai Yudi ketika tau Riko dan yudi saling mengenal), aku mengatakan ini dengan harapan agar riko segera menikahiku agar kita dapat menjalani hidup normal. Namun dia menolaknya. Aku katakan pada riko bahwa aku bersedia untuk bersetubuh dengannya asalkan riko mau menikahiku meski hanya sirih.
Aku benar-benar ingin menyudahi masa lajangku. Aku sadar aku ini ternyata tidak bisa menjaga diri dengan baik. Karena itu aku ingin dinikahi dengan harapan aku bisa ikhlas ketika ditiduri oleh suamiku, namun riko tetap tidak setuju.
Aku tanya kenapa, dia bilang belum siap. Aku jadi berpikiran bahwa dia siap menerima tubuhku namun tidak siap menerimaku seutuhnya. Cinta jenis apa ini? Dengan menyesal aku mengatakan kepadanya bahwa aku benar-benar mencintainya namun jika dia tidak mau menikah denganku maka aku tidak bisa melanjutkan hubungan ini. Riko menerima keputusanku dengan tangisan aku juga menangis bersamanya. Riko bilang aku akan lebih bahagia jika bersama Yudi. Aku dan Riko resmi berpisah.
Yudi semakin menunjukkan keseriusannya padaku, dia mengunjungi keluargaku, dan keluarga besarku sudah benar-benar menerimanya dan meminta kami segera melanjutkan kejenjang berikutnya. Aku sadar siapa diriku, aku tau yudi itu sangat baik sekali bahkan jauh lebih baik dari pacar-pacarku sebelumnya. Entah kenapa aku sangat yakin bahwa Yudi ini berbeda, dia takkan menyentuhku seperti mantan-mantanku terdahulu dan itu yang aku idam-idamkan. Aku tak ingin disentuh sebelum menikah karena itu aku sadar bahwa diriku terlalu kotor.
Selain aku masih mencintai Riko aku juga tidak mau hancur lagi karena Yudi, karena itu aku menceritakan semua aib ku pada Yudi. Karena meski baru 3 bulan kami berhubungan keluarga kami dan kami sendiri memang sudah memiliki niat untuk melanjutkan kejenjang yang lebih serius. Dari A-Z aku ceritakan ke Yudi, aku tidak mau yudi salah paham dengan apa yang terlihat dari parasku. Aku ceritakan semuanya tanpa terkecuali tentang 3 mantan pacar yang sudah tidur denganku. Tentang 1 kakek kandungku, 1 ayah kandungku, 1 paman kandungku yang menyentuhku (tidak sampai menyetubuhi).
Aku tau akibatnya bisa fatal, tapi sudah jadi prinsip hidupku bahwa orang yang menikah denganku harus tau semua aib ku sebelum benar-benar menjadi suamiku karena aku merasa aku ini sudah terlalu berlumuran dosa untuk ditoleril. Seandainya jika aib ku hanya 1 biji mungkin aku akan merahasiakannya. Namun ini sudah terlalu keterlaluan lagipula Yudi orang yang sangat baik rasanya tidak adil jika dia mendapatkan seorang istri yang tidak jujur akan perbuatannya selama ini.
Aku sadar kejujuran ini akan membuat dia berbalik membenciku bahkan muak padaku. Namun tetap harus aku lakukan. Tapi diluar perkiraan dia bilang semakin menyayangiku dan menerimaku apa adanya bahkan dia berjanji akan membawa aku pergi dari rumah keluargaku agar aku bisa memulai hidup baruku bersamanya.
Namun lidah tidak bertulang ucapan cinta mengiris kalbu. Suatu hari tiba-tiba dia menghilang tidak ada kabar. Aku kawatir pasti. Tapi, aku tidak tau harus mencari kemana. Aku belum hafal jalan menujuh rumahnya yang cukup jauh di daerah pegunungan. Apalagi aku dan dia sedang long distance, berbeda pulau ini dikarenakan aku akan menyelesaikan sekolah SMA ku yang kurang dari 2 tahun akan lulus, dan yudi sedang menjaga ibunya di kampung karena kondisi sudah semakin lemah.
Tiga hari tiga malam dia menghilang aku berhasil menemukannya via telepon lewat sahabat karibnya. Bibiku sudah curiga bahwa dia sudah tidak bisa mencintaiku karena masa laluku. Bibi juga bilang ” Apa ku bilang.. jangan cerita ke Yudi, sekarang kamu lihat sendiri kan dia meninggalkanmu”, jujur saja aku tidak percaya perkataan bibi kesayangan ku ini hingga akhirnya aku mendengarnya sendiri dari suara yudi ditelfon ketika dia menceritakan alasan sebenarnya mengapa dia menghilang dariku.
Telak aku jatuh lagi. Nafasku serasa berhenti mendengar obrolan mereka ditelfon. Benar kata tanteku dia ILFIL alias ilang filing, dan benar dugaanku, aku terkena karma. Ya sudah, sudah terjadi, aku akan tetap jalani hidupku. Life must go on. Tidak lupa aku menggores silet ke pahaku (agar tidak terlihat) sebagai obat bius, karena disaat aku benar-benar terpuruk dan air mata tidak mampu mengobati luka basah dihatiku aku cenderung teringat semua yang terjadi dan kembali merasa hina, benar-benar hina.
Sejak putus dengan yudi aku menjadi sosok yang lebih pendiam baik dilingkungan keluarga atau disekolah. Terlebih lagi kejadian menjelang ujian kenaikan kelas 3 SMA, aku merasa mati rasa.
Rasanya bumi telah berhenti berputar. Aku sendiri sekarang dan aku tidak berniat untuk mencari pengganti yudi, riko, atau siapapun. Aku menertawai diriku sendiri. Meski Riko sudah tau bahwa aku tidak jadi menikah/tunangan dengan yudi dia tidak mencibirku bahkan dia malah minta balikan lagi.
Namun luka ini masih terlalu basah untuk mencintai lagi. Lagi pula aku juga punya prinsip sekali putus tidak mau nyambung lagi, kalau sekali-kali boleh, tapi kalau putus-nyambung-putus-nyambung-putus lagi itu bukan aku banget. Aku kalau pacaran yaa selalu serius, aku tidak mau disakiti karena itu aku juga tidak mau menyakiti. Kembali berpacaran dengan riko sama saja aku menyakiti dia bertubi-tubi begitu pikirku. Aku putuskan untuk melewati semua ini sendiri, anggap saja ini sebagai hukuman bagiku.
Beberapa bulan aku menjalani hidup seperti patung, beberapa teman juga sedikit aneh melihatku.
Namun aku bisa tersenyum, dan kadang-kadang bercanda juga dengan mereka. Setiap jam istirahat aku lebih suka menyendiri merasakan angin dilantai dua sekolah atau diatap sekolah tepatnya lantai empat. Selama aku sendiri aku banyak memikirkan tentang hidupku, masa depanku, cita-citaku, aku juga sering berkhayal aku akan segera menikah.
Dengan menikah aku bisa lepas dari rumah paman dan ayah ku yang mesum. Toh untuk tinggal sendiri di kos aku tidak diijinkan. Mengaku pada bibi hanya akan membuat keluarga harmonis itu hancur, kasian keponakan-keponakanku yang masih SD. Meski paman ku sudah aku tampar, pukul, tendang, usir dari kamar tetap saja dia selalu mencuri kesempatan. Rasanya aku benar-benar ingin mati saja, tapi aku takut siksaan yang akan menimpaku, kalau aku minggat aku takut malah menambah daftar hitam hidupku gara-gara diperkosa dijalan (amit-amit), kalau aku cerita kepada keluarga besarku aku takut mereka akan pecah.
Aku putuskan untuk menjalani hidupku dengan sabar, terkadang kalau sudah sampai down seperti ini aku merasa rindu pada ibu kandungku. Tapi ibuku juga tidak dalam keadaan baik dikampungnya. Aku dengar dari keluarga disana bahwa beberapa kali ibu-ku dirawat dirumah sakit jiwa. Mungkin dia sangat sedih hidup terpisah seperti ini. Pernah aku berniat untuk hidup bersama Ibuku saja, tapi aku takut kalau disana aku akan bertemu dengan pria-pria hidung belang lagi terlebih lagi ibu ku kadang kalau lagi tidak kambuh bisa sangat baik sekali, kalau lagi kambuh bisa lempar-lempar barang atau teriak-teriak.
Pernah Ibuku datang kerumah ayah dan menginap selama beberapa minggu (akhirnya aku bertemu ibuku setelah 10 tahun tidak bertemu). Selama beliau menginap aku pernah dijambaknya, dipukul beberapa kali, dan didorong hingga nyaris jatuh. Dia marah karena melihat aku berkerudung, kebetulan ibu-ayahku berbeda keyakinan. Aku sendiri pernah ganti-ganti agama dari islam-kristen ketika masih anak-anak. Tapi sekarang sudah islam dan tidak berniat pindah agama lain. Meski demikian islamnya aku juga jauh sekali dari sempurna.
Kembali kemasa percintaanku aku menjalani hari-hari dengan bersabar, aku semakin mendekatkan diri kepada Tuhan. Kehidupan terus berjalan begitu terus yang ada dikepalaku. Hingga suatu hari akhirnya aku bertemu dengan pacarku yang sekarang, yang insya Allah kali ini dia benar-benar serius menikah denganku meski terpaksa harus nikah sirih dulu.
Tentu saja sama seperti dulu, aku telah menceritakan aib ku dari A-Z, aku tau secara kesopanan cowoku yang sekarang atau Dava sangat jauh dari Yudi. Dari sisi tutur kata yang manis jelas jauh dari Yudi (calon tunangan), secara umur apalagi, dava berbeda 14 tahun dengan ku. Tapi aku merasa dia sudah sangat dewasa dan matang untuk aku jadikan seorang suami.
Aku tidak lagi mencari pacar karena cinta saja. Kini pencarianku lebih ke arah yang bisa menerimaku “apa adanya”, yang bisa nge”Mong”, yang benar-benar bisa menjagaku, yang nyambung dengan cara berpikirku, aku sadar apa yang terjadi dalam hidupku dimasa-masa belia – remaja hingga sekarang membuatku lebih keras dalam menatap dunia.
Aku tau aku sangat-sangat berdosa, namun aku berharap dengan memulai hidup baru aku bisa menjadi orang baru. Aku ingin memulai hidup baru. Aku ingin menjadi wanita normal seperti yang lainnya. Namun tidak semudah membalik telapak tangan, hubungan ku dengan Dava tidak direstui oleh keluarga besarku ( dan beberapa kakaknya dava juga kurang setuju ). Aku bingung bagaimana menjelasakan pada keluarga besarku.
Apa iya aku harus bilang “Ayah, Paman-paman, Bibi-bibi, dan nenek, tolong ijinkan aku menikah dengan dava, karena aku tidak sanggup tinggal dengan paman yang selalu mesum/cabul, aku takut tinggal sama ayah karena ayah pernah berbuat hal yang sama, aku juga takut tinggal sama nenek karena disana adalah tempat dimana aku dan indra bertemu (orang yang mendapat kegadisanku)- bisa saja indra dendam padaku, aku juga takut tinggal bersama ibu karena selain kalian tidak akan mengijinkan aku juga takut disana tidak ada yang menjagaku”
Kalau sampai kata-kata itu meluncur dari bibirku pasti keluarga besarku yang terkenal paling rukun dan kompak seantero kampung bakalan pecah belah, tonjok-tonjokkan, dan apalagi? Aku tidak ingin semua itu terjadi. Aku tau benar mereka sangat menghormati Alm. Kakekku yang mesum itu kalau sempai mereka dengar ceritaku. Entah bagaimana perasaan nenekku. Aku tidak mau nenek sampai jatuh sakit.
Jadi bisa dibilang meski aku sudah merasa lebih tenang jika bersama dava semua itu bukan tanpa perjuangan. Aku harus berjuang. Ujian masih terus berlajut, kehidupanku masih banyak pilihan, apa yang harus aku lakukan sekarang. Apa boleh aku kabur dari rumah dan menikah dengan dava dan memulai hidup baru?.
Tag :
Tentang Cinta
0 Komentar untuk "Masihkah Aku Diampuni Oleh-Nya"
Komen datang masuk angin hilang !