Aku sadar aku sudah ingkar dan durhaka kepada suamiku sendiri. Kadang aku bertanya dalam hati kemana perginya cintaku yang besar, yang dulu begitu kubangga-banggakan?
Awalnya aku adalah seorang istri yang sangat patuh dan taat pada suami. Meskipun pertemuanku dengan suamiku hanya setahun sekali, aku ikhlas karena suamiku bekerja di negara orang. Setiap hari aku hanya membesarkan anak yang kami angkat, karena lebih 15 tahun menikah kami belum dikarunia Allah zuriat, yang kini telah berusia 10 tahun, bagi kami dia adalah segalanya.
Akhir-akhir ini suamiku mulai berubah dari penampilan, bahasa dan perhatiannya, feelingku sebagai istri mengatakan suamiku lagi dekat dengan wanita lain, disitulah awal renggangnya hubungan kami.
Aku hanya manusia biasa, aku juga perlu kasih sayang, padahal selama ini tidak sedikitpun aku pernah punya niat untuk menduakan suamiku, bagiku suamiku adalah segalanya. Aku sadar ini kesalahan yang amat fatal, tak kuasa kekosongan hatiku selama ini secara perlahan diisi kehadiran lelaki lain, dia begitu lembut dan sangat perhatian.
Mungkin karena kami mempunyai masalah yang sama, sebab istrinya tinggal di rumah orang tuanya, karena istrinya mempunyai fisik sedikit lemah hingga dia tidak bisa memenuhi sepenuhnya kewajiban seorang istri. Aku telah membuktikan semua perkataannya benar karena aku bukan wanita yang mau dibodohin dengan rayuan cinta sesaat, apalagi usia kami jauh berbeda, aku lebih tua darinya 12 tahun.
Namanya mas Dim, meskipun usia kami jauh berbeda, namun karena kami mempunyai masalah yang sama kami tidak pernah merasakan perbedaan itu, kami saling mengisi hari-hari yang selama ini sepi kini menjadi hari-hari penuh dengan cinta. Aku kenal dia melalui facebook, jujur bukan dia saja yang ingin dekat denganku, tapi kenapa dengan dia hatiku terpaut, 2 bulan perkenalan dia datang ke kotaku untuk membuktikan keseriusannya. Hubunganku dengan mas Dim sudah sangat jauh, aku malu mengatakannya.
Mulai saat itulah aku mulai lupa dengan masalahku dengan suamiku, malah aku berharap suamiku segera menikah dengan wanita lain, aku sadar aku sudah ingkar dan durhaka pada suamiku sendiri. Aku selalu bertanya kemana cintaku yang besar selama ini terhadap suamiku? namun yang pasti rasa itu telah hilang, apakah aku harus menjalani rumah tangga ini tanpa ada rasa cinta lagi?
Aku terus berdoa atas kebimbangan ini, namun jawabannya tetap hatiku telah mati untuk suamiku, aku menangis dengan kenyataan ini, aku takut, takut dengan dosa tapi aku tak berdaya melawan apa kata hati. Perubahan hatiku akhirnya diketahui juga dengan suamiku, aku cuma menjawab sambil menangis, “papa yang buat hati ini hampa.. papa yang buat jarak ini semakin jauh.”
Suamiku menyadari semua kesalahannya, dan dia berjanji untuk merubah semuanya, tapi demi Allah… bathinku menolak, sia-sia rasanya menjalani rumah tangga tanpa cinta. Apakah aku harus tetap menjalani rumah tangga ini tanpa ada cinta? bukankah lebih berdosa apabila aku melayani suamiku dengan perasaan tidak ikhlas, sementara di hatiku ada cinta yang lain?
Sekali lagi aku mengatakan.. aku hanya wanita lemah.. imanku tidaklah sekuat Siti Khadijah, aku tidak sanggup menjalani kebohongan ini lebih lama lagi, aku ingin mengakhiri segalanya. Aku ingin memulai kehidupan baru, aku belajar di atas kesalahan dimasa laluku, aku tak mau kegagalan untuk kedua kalinya, aku juga ingin bahagia, selalu dekat dengan orang yang aku cintai.
Aku telah mencoba memberi kesempatan untuk suamiku tapi, sedikitpun rasa itu sudah tak ada lagi, aku tak sanggup hidup tersiksa dengan perasaan bersalah. Akhirnya suamiku menyadari bahwa tak ada lagi cinta untuknya, aku bahagia walau keputusan cerai itu belum aku dapatkan, setiap saat aku berdoa semoga Allah memberikan istri yang baik untuknya.
Dan aku sedikitpun tidak pernah menyuruh kekasihku itu untuk berpisah dengan istrinya, karena aku sadar aku orang ke tiga, dan masalah ini telah kami sepakati bersama, mungkin ini adalah suratan takdirku. Aku berprinsip dari pada aku terus berdosa karena perselingkuhan ini, lebih baik aku mengakhiri perkawinan ini, agar dosa itu tidak terus aku perbuat.
Kami sama-sama berjanji kepada sang illahi untuk memeperbaiki kesalahan-kesalahan yang telah kami perbuat, kami sama-sama belajar dari masa lalu perkawinan kami, semoga Allah memberikan kebahagiaan ini untuk kami.
Pesan ku pada kaum lelaki “jangan kau biarkan orang yang mencintaimu menangis, karena sangat menyakitkan apabila ada orang lain yang menghapus airmatanya”. Pada Allah aku mohon ampun semoga memberi kesempatan kedua bagiku untuk bahagia seperti dulu.. aku berjanji… ini kali terakhir aku melakukan kesalahan yang teramat besar.
Semoga Allah memberi jalan bagiku, dan semoga Allah memberikan kebahagiaan rumah tangga kami lebih baik dari sebelumnya, dan Allah memberikan istri yang lebih baik untuk suamiku. Ya Allah.. aku ingin bahagia.. aku yakin dia bisa lebih membimbingku ke jalan yang lebih baik, aku berjanji atas nama-Mu kesalahan ini takkan terulang kembali.
Izinkan aku kelak menjadi wanita sempurna dengan melahirkan seorang anak dari rahimku. Aku ingin bahagia dunia akhirat.. Aku tau Engkau Maha Pengampun Ya Robb… berikan aku kesempatan kali ini saja.
Amiin Ya Rabbal Allamin.. :'(
Tag :
Relationship
0 Komentar untuk "Diluar Negeri Suamiku Selingkuh, Akupun Selingkuh Disini"
Komen datang masuk angin hilang !